Sunday, November 6, 2011

Profil Thufail Al-Ghifari

Nama Lahir : Richard Stephen Gosal
Nama Muslim : Muhammad Thufail Al Ghifari
Masuk Islam : 2002
TTL : Makassar, 11 Mei 1982
Aktivitas : Vokalis band rock The Roots of Madinah, Muslim Rapper , anggota Komunitas Islam Underground Kolektif Berandalan Tuhan, dan ketua Divisi Pembinaan Lembaga Muhtadin Masjid Agung Al Azhar Blok M-Jakarta.


Muhammad Thufail Al Ghifari adalah salah satu rapper yang cukup dikenal di komunitas hiphop local dan nasyid indonesia. Kedua albumnya sudah memberi warna tersendiri dalam perjalanan eksistensinya. Walau aransemen music di album Syair Perang Panjang sempat mendapat banyak cercaan dari komunitas hiphopindo, ditambah syair – syair islam yang tajam, tegas dan sangat agresif membuat Thufail sering dicap rapper islam garis keras bahkan hingga saat ini masih banyak yang memberikan penilaian tersebut.


Namun dibalik semua pro kontra itu, Thufail Al Ghifari ternyata mampu membuktikan ketangguhan prinsip dan idealisnya. Tidak sedikit orang – orang yang terinspirasi dengan lagu – lagunya, bahkan memilih hijrah membela islam karena terinspirasi oleh lagu – lagu Thufail Al Ghifari.

Thufail Al Ghifari terlahir dari pasangan Pendeta, masuk islam tahun 2002 setelah melewati proses pemikiran dan pencarian jati diri yang panjang. Jiwa musiknya merupakan warisan dari sang ayah yang juga mampu memainkan semua jenis alat music dari gitar, bas, piano, keyboard hingga drum. Thufail pertama kali membuat band dengan nama Rafflesia di kelas 2 SMP. Rafflesia memainkan lagu – lagu dari Godbless, Kantata Takwa, Slank, Boomerang, Jamrud hingga Iwan Fals. Setelah lulus dari SMP Negeri 3 Bekasi, Rafflesia bubar.

Setelah masuk SMA Negeri 3 Bekasi, Thufail Al Ghifari melakukan Jam Sesion dengan beberapa teman sekolah dan mulai memainkan lagu – lagu dari Metallica, Rage Againts The Machine, Sepultura, Soulfly, Korn, Limp Bizkit hingga Marilyn Manson.

Kelas 1 SMA Thufail bergabung dengan Berawan Band sebagai basis dan memainkan lagu – lagu dari Metallica. Berawan Band hanya berjalan 6 bulan lalu bubar. Karena Sigit sang Vokalis band mendirikan band Rattamahatta. Thufail sempat bergabung dengan Rattamahatta sebagai penabuh perkusi dan memainkan lagu – lagu dari Sepultura dan Soulfly.

Kevakuman Rattamahatta, membuat Thufail mendirikan Stompkin di akhir kelas 2 SMA. Stompkin cukup bertahan lama dan sudah memiliki jam terbang di luar kegiatan ekstra kulikuler SMA. Stompkin sering memainkan lagu dari Rage Againts The Machine, Limp Bizkit, Korn bahkan Stompkin juga terinfluense oleh Marilyn Manson, Hed Pe, Red Hot Chili Peppers hingga Soulfly.

Setelah Stompkin bubar, Thufail serius dengan mempersiapkan solo albumnya yang bernuansa rap. Namun dalam prosesnya album solo Thufail sempat tertunda 2 tahunan karena berbenturan dengan proses Thufail memperdalam keislamannya pasca masuknya beliau ke islam setelah 20 tahun lahir dalam pembinaan keluarga Kristen.

Album syair perang panjang merupakan debut Thufail Al Ghifari sebagai rapper. Album indie label ini mendapat banyak sanjungan dan kritik dari komunitas hiphop terutama dalam masalah aransemen musik. Namun Thufail tetap maju dan tidak perduli. Musik di album Syair Perang Panjang memang diakui Thufail sangat apa adanya, karena keterbatasan prasarana dalam penggarapannya.

Untuk mengaransemen music saja, Thufail Cuma modal numpang di computer teman dan hanya menggunakan software Fruityloop 2. Namun satu tahun kemudian Album kedua thufail yang berjudul Dari Atas Satu Tanah Tempat Kita Berpijak akhirnya dirilis. Di Album kedua nuansa musik semakin meluas. Suasana etnik, blues dan industrial mulai terasa di beberapa lagu.

Kebanyakan para penyuka lagu – lagu Thufail lebih terpesona oleh syair dan pemikiran Thufail tentang islam daripada musiknya. Banyak dari penyuka Thufail Al Ghifari justru tidak terlalu perduli dengan ukuran kualitas music Thufail, mereka lebih salut dan terinspirasi oleh syair – syair Thufail Al Ghifari.

“kesuksesan saya tidak terletak pada music dan berapa banyak fans saya, saya tidak butuh fans..saya hanya ingin menyampaikan isi hati saya, rasa syukur saya akan kedahsyatan Islam dalam menemani pencarian jati diri saya, dan saya menemukan jawaban dari semua pertanyaan hidup saya hanya di dalam Islam…dan saya menuangkan semua di dalam lagu – lagu saya”

itulah pendapat Thufail mengenai pro kontra tentang kehadiran dia sebagai rapper yang banyak menyuarakan Islam dan membongkar kebusukan zionis internasional melalui lagu – lagunya. Kini setelah perjalanan kedua Album solonya, Thufail kembali melakukan reuni dengan beberapa teman – teman lamanya di Stompkin yaitu Udenk dan Arif untuk mendirikan The Roots Of Madinah.

Posisi vokalis merupakan tugas baru di band beraliran rock ini. Pengagum Iwan Fals, Eddie Vedder dari Pearl Jam dan Jonathan Davis dari Korn ini siap dengan semua resiko baru yang ia dapat dari proyek barunya bersama The Roots Of Madinah. Banyak para penyuka Thufail sebagai rapper yang kecewa dengan keputusan Thufail untuk vakum sebagai rapper, namun disisi lain Thufail Al Ghifari memang punya alasan sendiri kenapa ia mendirikan The Roots Of Madinah.

“saya ingin mulai sesuatu dari nol lagi, saya ingin merasakan tantangan baru..setuju atau tidak setuju inilah saya! Dan seperti yang sering saya katakan, saya tidak butuh fans, popularitas atau eksistensi. Solo karir saya atau bersama The Roots Of Madinah semuanya hanyalah sebuah proyek eksperimen seni dan resistensi, kreatifitas musik kami hanyalah sarana untuk membagi perasaan kami, membagi isi hati kami tentang busuknya dunia atau jenuhnya kehidupan hingga rasa syukur ketika kami menemukan banyak harapan dengan keyakinan kami terhadap Pencipta kami. Lagi pula The Roots Of Madinah bukan band dakwah atau band islam apalagi band underground atau apalah..kami cuma band rock ala kadarnya tapi dikelola dengan semangat yang tidak sekedarnya..terserah orang mau nilai apa, kami hanya ingin berkarya dan memberi kepuasan pada batin kami”

Sekarang Thufail Al Ghifari sudah tidak perduli dengan perjalanan dia sebagai solo rapper dan pro kontra eksperimen dia dengan The Roots Of Madinah. Ada distorsi baru yang siap menghentak, dan teriakan lantang akan kejujuran hati, ada semangat yang akan melompati semua stagnasi, ada ide baru yang akan mendobrak semua batas yang mengkotak – kotakkan kejujuran kreatifitas dan suara hati, ada sebuah ketulusan yang akan memberi warna baru pada setiap ruang kreatifitas yang tidak terbatas dan tidak pernah menyerah pada semua keterbatasan...mungkin inilah kelahiran baru seorang Thufail Al Ghifari yang ingin memulai semuanya dari nol kembali, bahkan nol besar mungkin…semoga selalu kompak dan istiqomah.

Friday, November 4, 2011

Sayyidina Ali Zainal Abidin, Waliyullah yang Senantiasa Bersujud


Ia adalah cicit Rasulullah SAW yang selamat dari pembantaian dalam tragedi Karbala. Setelah dewasa ia menjadi wali yang setiap saat bersujud kepada Allah SWT.
Setelah dua cucu tersayang Rasulullah SAW, yaitu Hasan dan Husien, wafat, sementara sisa-sisa keturunan beliau yang lain terbunuh di padang Karbala, yang masih hidup ialah Ali Zainal Abidin, satu-satunya putra Sayyidina Husien bin Ali bin Abi Thalib. Cicit Rasulullah SAW ini lahir di Madinah pada 33 H / 613 M. sementara riwayat lain mengungkapkan ia lahir pada 38 H / 618 M. ketika pecah Tragedi Karbala pada abad ke-6 H (abad ke-12 M), ia baru berusia 11 tahun.
Termasuk generasi tabi`in, Ali Zainal Abidin banyak meriwayatkan hadits dari ayahnya, Husien dan pamannya, Hasan, juga dari para Sahabat, seperti Jabir, Ibnu Abbas, Al-Musawir bin Makhramah, Abu Hurairah, Shafiyah, Aisyah, Ummu Kultsum, dan para istri Rasulullah SAW yang lazin disebut ummahatul mukminin, ibunda kaum Muslimin.
Ketika ayahandanya, Sayyidina Husien, berjuang melawan prajurit Khalifah Yazid bin Muawiyah, ia tengah sakit dan berada di dalam kemah bersama kaum wanita. Ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri ketika semua anggota keluarganya berguguran mati syahid sehingga kenangan getir tak pernah lepas dari benaknya. Ia bahkan menyaksikan bagaimana ayahandanya dipancung.
Setelah perang usai, sisa anggota keluarga Sayyidina Husien yang masih hidup ditawan di Kufah, Irak. Bahkan Ali Zainal Abidin yang ketika masih berusia 11 tahun, hampir saja dibunuh. Tetapi nyawanya selamat, berkat kegigihan Sayyidah Zainab, bibinya, yang memeluknya dengan erat dan mencegah para prajurit mendekat. Tak lama kemudia para tawanan dipindah ke Damaskus, Syria, dipertemukan dengan Khalifah Yazid bin Muawiyah, tapi kemudian dibebaskan, bahkan diantar pulang ke Madinah.
Di Madinah itulah Ali Zainal Abidin tumbuh dewasa sebagai seorang yang sangat alim, ia tekun beribadah. Sementara ketinggian ilmu agamanya menjadikannya sebagai rujukan para ulama, terutama dalam hal ilmu hadits. Lebih dari itu ia sangat terkenal sebagai ahli ibadah yang luar biasa.
Muhammad Al-Baqir, anak lelakinya, bercerita, “Setiap kali mendapat nikmat Allah SWT, Imam Ali Zainal Abidin langsung bersujud, setiap kali membaca ayat Sajadah dalam Al-Qur`an ia selalu bersujud, setiap kali selesai shalat fardu, ia selalu bersujud, dan setiap kali berhasil mendamaikan orang berselisih, ia selalu bersujud. Karena sering bersujud itulah, tampak bekas sujud dikeningnya, dan karena itu pula ia disebut As-Sajjad, orang yang suka bersujud.”
Ali Zainal Abidin benar-benar mewarisi sikap dan sifat ayahandanya dalam hal keilmuan dan kezuhudan. “Diantara Bani Hasyim, saya kira dialah yang paling mulia,” kata Yahya Al-Anshari, salah seorang ulama terkemuka di masanya. Kemuliaan itu antara lain, karena ia selalu dalam keadaan suci, selalu berwudlu, dan tidak pernah absen menunaikan diyamul lail alias shalat Tahajud, baik di rumah maupun dalam perjalanan.
Suatu hari, ketika keluar dari masjid, seorang lelaki mencaci Ali Zainal Abidin. Spontan oranag-orang di sekitarnya berusaha memukul lelaki tersebut, tetapi Ali Zainal Abidin mencegahnya. Lalu katanya, “Apa yang engkau belum ketahui tentang diriku? Apakah engkau membutuhkan sesuatu?”
Mendengar ucapan lemah lembut itu, laki-laki tersebut merasa malu, lalu Ali Zainal Abidin memberinya uang 1000 dirham. Maka kata lelaki itu, “Saya bersaksi, engkau benar-benar cicit Rasulullah SAW.”
Makam Mukasyafah
Hampir setiap malam Ali Zainal Abidin menggotong sekarung gandum dan membaginya kepada fakir miskin di Madinah. “Sesungguhnya sedekah yang disampaikan secara sembunyi-sembunyi dapat memadamkan murka Allah,” katanya. Ketika itu, sebagian warga kota Madinah mendapat nafkah tanpa mengetahui darimana asal nafkahnya. Dan ketika Ali Zainal Abidin meninggal, ternyata mereka tidak lagi mendapat pembagian gandum.
Setiap kali meminjamkan uang atau pakaian, Ali Zainal Anidin tidak pernah memintanya kembali. Jika bernazar, tidak makan dan minum, ia tetap berpuasa sampai dapat memenuhi nazarnya. Begitu dermawan dan penuh kasih sayang, bahkan kepada hewan yang dikendarainya pun ia tidak pernah mencambuknya.
Meskipun tragedi Karbala sangat membekas di kalbunya, ia selalu berusaha menyadarkan umat agar bersabar menghadapi kekuasaan yang represif. Dengan arif ia mendidik dan memperbaiki nasib umat. Salah satunya dengan menyusun rangkaian doa berjudul As-Sahifah As-Sajjadiyah – yang ia maksudkan untuk mengobati penyakit rohani yang merajalela, sekaligus memanjatkan permohonan kepada Allah SWT agar umat terlepas dari situasi yang mengimpit.
Sebagai Waliyullah, ia dinilai sudah mencapai makam mukasyafah, peringkat tertinggi, yang mampu menyingkap tabir ketuhanan. Salah satu karomahnya ialah tentang surat rahasia dari Khalifah Abdul Malik bin Marwan kepada panglimanya, Hajjaj bin Yusuf As-Saqafi. Surat itu antara berbunyi, “Jauhkan aku dari lumuran darah Bani Abdul Mutha;ib, yang setelah bergelimang dalam dosa tidak lagi mampu bertahan kecuali dalam waktu yang tidak lama.”
Pada saat yang bersamaan, Ali Zainal Abidin juga menulis surat kepada Khalifah Malik bin Marwan, yang diantaranya berbunyi, “Anda telah menulis surat kepada Hajjaj mengenai keamanan kami, semoga Allah memberi balasan yang sebaik-baiknya kepada anda.” Tentu saja Khalifah Abdul Malik bin Marwan tercengang membacanya. Sebab tanggal surat itu sama persis dengan tangga surat Khalifah kepada Hajjaj.
Dan ternyata saat keberangkatan utusan Ali Zainal Abidin dari Madinah juga sama dengan saat keberangkatan utusan Khalifah yang mengantarkan surat kepada Hajjaj. Karena itu, Khalifah Abdul Malik pun menyadari, , Allah telah membuka mata batin Ali Zainal Abidin. Ia lalu menulis surat dan menyampaikan hadiah kepada Ali Zainal Abidin.
Cicit Rasulullah ini juga dikenal sebagai pembela Hak Azasi Manusia. Dalam risalahnya,Risalah Al-Huquq, antara lain ia menulis, manusia punya hak dan kewajiban kepada Allah SWT, kepada diri sendiri, kepada sesama manusia, dan kepada sesama makhluk Allah. Mengenai hak dan kewajiban kepada sesama manusia, ia memperinci hak dan kewajiban rakyat kepada penguasa dan sebaliknya. Risalah ini tentu sangat istimewa, karena ditulis pada abad ke 7 Masehi, sebelum lahirnya Dokumen Magna Charta dalam sejarah Inggris. Lima abad setelah itu, yang kemudian berkembanag menjadi Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia.
Pada zamannya, pengaruh Sayyidina Ali Zainal Abidin sangat kuat, begitu besar kharismanaya, sehingga seorang khalifah pun  mengkhawatirkan tahtanya. Ketika menggantikan ayahnya, Abdul Malik, sebagai khalifah, Walid sempat khawatir, jangan-jangan kharisma Ali Zainal Abidin mampu menggoyang tahtanya.
Pada 95 H / 675 M, Khalifah pun berusaha mendekati sang Waliyullah melalui seseorang yang kemudian ternyata meracunnya sehingga Ali Zainal Abidin meninggal dunia. Untuk kesekian kalinya anak cucu Rasulullah SAW berduka cita. Beliau wafat di Madinah pada 18 Muharam 95 H / 875 M. meninggalkan 11 orang putra  dan 4 orang putri. Jenazahnya di kebumikan di pemakaman Baqi` dekat makam sang paman, Sayyidina Hasan.
Sumber kisah: Al-kisah No.05/27 Feb – 12 Mar 2006

P (The Biggest Health Center) di duniaost title


Jumat, 22/01/2010 15:18 WIB | Arsip | Cetak
Seorang wartawan yang baru beberapa bulan bekerja di salah satu majalah terkenal di negera Arab menjelaskan bahwa Gaza adalah pusat kesehatan terbesar (The Biggest Health Center) di dunia. Ceritanya bermula ketika sekretaris pimpinan redaksi (Pemred) majalah itu memberitahukan bahwa wartawan bernama Sa’id itu harus segera menghadap sang Pemred. Dengan hati gembira, wartawan yang masih muda dan enerjik tersebut segera menghadap pimpinannya.
Sa’id diterima dengan sangat hangat oleh pimpinannya sambil berkata : Selamat datang wartawan muda…. Terbukti keberadaan Anda yang tidak begitu lama di Gaza telah membuktikan pada kami bahwa Anda adalah wartawan yang tangguh dan serius. Saya mewakili pimpinan media ini mengucapkan banyak terima kasih..
Sebagai imbalannya, saya memutuskan Anda menulis laporan utama untuk terbitan pekan depan terkait dengan blokade terhadap Gaza yang dilakukan oleh Yahudi dan pemerintah Mesir. Sa’idpun menjawab dengan penuh semangat : Terima kasih pak atas kepercayaan yang diberikan kepada saya. Semoga saya bisa melaksanakan tugas mulia ini dengan baik dan maksimal. Tema Gaza ini memang menjadi konsentrasi saya sejak saya diterima bekerja di majalah ini.
Sa’id melanjutkan ungkapan kegembiraannya : Saya akan tulis semua hal terkait dengan Gaza secara detail karana saat ini hati kaum Muslimin sedunia memang sedang terluka dan bersedih melihat blokade terhadap Gaza.
Sambil menganggukkan kepala, sang Pemred berucap; Anda benar, Anda benar… lalu Sa’id berkata : Saya akan mulai segera dan akan buat tulisan-tulisan yang akan menggema ke seluruh penjuru dunia, insya Allah…Barakallahu fika ya akhi… (semoga Allah memberkahimu saudaraku), ucap sang Pemred tadi. Namun, sebelum Anda mulai menulis, ada beberapa catatan kecil yang perlu Anda perhatikan. Sai’id segera beratanya : Apakah catatan kecil itu pak?
Lalu sang Pemred meneruskan: Andakan tahu bahwa majalah kita ini tidak didukung oleh tokoh-tokoh besar di negeri ini. Maksudnya? Kata Sai’d, sambil menyela perkataan pimpinannya itu. Maksudnya, tulisan Anda jangan sampai menyinggung pemerintahan Arab yang terlibat memblokade Gaza dengan penuh semangat dan begitu aktif.. Semoga Allah meridhai Anda..Kita tidak mau bermasalah dengan para inteligen negera-negara Arab yang ikut memblokade Gaza… Bisa-bisa kita dituduh merusak hubungan persaudaraan antar negara-negara Arab, kata Pemred itu..
Sambil melepaskan nafas panjangnya, Sai’d menjawab : Yaach… Oke pak. Saya akan jaga catatan itu, kendati saya melihat hubungan persaudaraan negara-negara Arab tidak akan bisa dirusak oleh siapapun…Lalu sang Pemred meneruskan arahannya :
Barakallhu fik… Tapi, ada catatan kecil lagi yang tak kalah pentingnya yang perlu Anda ingat. Apa itu? Jawab Sa’id… Andakan tahu bahwa distribusi majalah kita bukan hanya di negera-negara Arab, akan tetapi juga di negara-negara Eropa dan Amerika. Kita tidak mau dituduh mendukung terorisme sehingga majalah kita dilarang beredar di sana. Sebab itu, dalam tulisan nanti, Anda jangan sama sekali menyinggung perlawanan bangsa Palestina terhadap Israel dan hak mereka untuk memerangi penjajah Yahudi… Kita tidak mau menghadapi banyak masalah…Nanti kita dituduh mendukung teroris. Oke? Semoga Allah meridhai Anda. Kata Pemred majalah tersebut.
Mendengar keterangan pimpinannya, Sa’id menjawab : Baik pak! Padahal dalam hatinya berkata : Sadis amat Pemred ini, mau membela Gaza, tapi tidak boleh ini dan tidak boleh itu? Dalam hatinya ia berkata : Aku tidak mengerti bagaimana cara membela masyarakat Gaza yang tak punya senjata menghadapi pasukan teroris Israel yang dilengkapi dengan berbagai senjata canggih itu?
Sa’id mengira ceramah Pemrednya selesai. Tiba-tiba ia dikagetkan lagi dengan ungkapannya : Kita tidak boleh menyinggung oarng-rang kaya Arab dan bagaimana mereka menghabiskan uang mereka jutaan dolar AS untuk pesta kembang api, pesta artis, penyanyi di saat penduduk Gaza mati kelaparan. Andakan tahu sumber pendapatan majalah kita dari iklan. Bila orang-orang kaya itu tersinggung dan marah pada majalah kita, kita tidak akan mendapatkan iklan mereka.. Anda mengerti kan? Kita belum siap kelaparan seperti penduduk Gaza. Oke?
Mendengar ungkapan terakhir itu, Said tidak bisa lagi menyembunyikan marahnya, lalu ia berkata. Oke Bos… Masih ada perintah lain? Tanya Sa’id. Sebenarnya tidak ada lagi. Saya sebenarnya tidak mau banyak menasehati Anda… Ingat ya! Jangan bicara soal anak-anak Gaza yang sedang berjuang menghadapi kematian karena kelaparan dan serangan berbagai penyakit. Anda tahukan bahwa media Arab sibuk mengurusi kontes kecantikan hewan ternak. Sedangkan media Barat sibuk pula meliput anjing yang ditemukan pasukan Amerika di Irak, bahkan mereka meminta agar pemerintah Barack Obama meberikan suaka poltik agar anjing tersebut bisa masuk dan menjadi warga negara Amerika.. Masalah ini juga jangan Anda singgung. Nanti organisasi penyayang hewan dunia bisa marah kepada kita. Mengerti? Kata Pemred itu kepada Sa’id.
Di muka Said memancar warna kemerahan pertanda marahnya sudah memuncak. Namun, karena Sai’id seorang yang taat ibadah, ia bisa menahan marahnya. Lalu ia memuji Allah sambil berkata : Subhanallah… Apalagi perintahnya Bos? Bosnya dengan tenang menjawab : Tidak ada lagi, hanya itu saja, bagi saya sudah cukup. Lalu Sa’id menimpali perkataan bosnya : bapak yakin tidak ada lagi perintah lain? Kitakan tidak ingin orang lain marah karena tulisan kita kan?
Mendengar pertanyaan itu, sang Pemred ingat lagi masalah lain yang tak boleh disinggung sambil berkata : Oh ya, karena Anda ingatkan saya, saya masih punya larangan lain yakni, terkait dengan dialog antar agama yang akan diadakan di Negara kita bebrapa hari lagi. Kita tidak mau dituduh oleh para promotornya sebagai penghalang acara tersebut. Sebab itu, Anda jangan sama sekali menyinggung kaum Yahudi dan penindasan mereka terhadap bangsa Palestina serta penghinaan mereka terhadap tempat suci kaum Muslimin. Nanti para penggagas dan pendukung dialog antar agama bisa marah pada majalah kita loh!. Dengan suara keras, Sa’id menjawab : OKE BOOOSS?
Akhirnyanya Sa’id keluar dari ruangan pimpinannya dalam keadaan marah besar karena dia ditugaskan menulis tentang kenyataan yang ada di Gaza, akan tetapi dengan seribu satu pantangan…Namun Sa’id tidak kehabisan akal, karena ia seorang wartawan cerdas. Tanpa melanggar perintah bosnya, ia menulis laporan utama terkait Gaza dan keesokan harinya ia serahkan hasil tulisannya itu kepada pimpinannya agar dikoreksi sebelum diturunkan. Isi tulisannya ialah :
Gaza adalah The Biggest Health Center and NO.1 di dunia. Penduduknya menghabiskan hari-hari mereka dengan sangat bahagia setelah memutuskan untuk mengikuti nasehat para ahli kesehatan moderen agar tidak mengkonsumsi makanan yang menyebabkan kolesterol tinggi, tekanan darah naik, dan kegemukan. Demikian pula, mereka berhasil menghindari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan bahan bakar minyak dan zat kimia lainnya. Untuk itu, mereka menerapkan olah raga berjalan kaki yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan akal, khususnya bagi para manula, orang cacat, orang sakit dan para wanita hamil.
Adapun rumah sakit dan tempat-tempat pelayanan kesehatan sudah ditutup, karena sudah terbukti dan tidak perlu diragukan bahwa obat-obat tradisional alias moderen adalah penyebab munculnya berbagai penyakit dan membunuh daya imunitas tubuh. Sebab itu, para penduduk Gaza kembali mengkonsumsi obat-obatan yang terbuat dari daun kayu dan rumput-rumputan atau apa yang disebut dengan alami atau herbal karena mengikuti petuah atau metode pengobatan kuno, atau konsep, back to nature.
Sebab itu, penduduk Gaza menjadi orang-orang yang kuat dan sehat sehingga mampu menggali terowonngan sepanjang belasan kilometer, pemberani, dan seakan tidak mempan senjata canggih, kendati dihujani dengan white phosphor lebih dari 1.5 juta kg. Karena itu pulalah semua penduduk Gaza, laki-laki, wanita dan anak-anak banyak mengucapkan terima kasih pada pemerintah yang ikut memblokade mereka. Boikot dan blokade itu telah menyebabkan mereka menemukan jalan hidup (life style) yang sehat wal afiat dan jauh dari godaan peradaban yang merusak kesehatan, baik fisik maupun akal.
Yang lebih utama, mereka meminta pada Allah agar Allah memberikan kesempatan pada para pemimpin negera yang ikut memblokade Gaza, isteri-isteri dan anak-anak mereka agar dapat kesempatan menerapkan pola hidup sehat seperti yang mereka lakukan sejak beberapa tahun belakangan.
Demikian juga, penduduk Gaza berterima kasih pada pemerintahan Israel yang dengan terpaksa menugaskan ribuan pasukannya untuk mengontrol dan meyakini tidak sampainya bantuan dan bahan-bahan yang berbahaya - seperti yang dijelaskan sebelumnya- ke Gaza. Semoga blokade itu mejadi faktor kebaikan yang banyak bagi Gaza dalam segala hal dan turunnya pertolongan dari Allah.
Amin yaa Robb.…

10 Wasiat Imam Hasan Al Banna



Minggu, 24/01/2010 17:03 WIB | Arsip | Cetak

Imam Hasan Al-Bana, pendiri gerakan dakwah Ikhwan yang terkenal ke seluruh dunia, banyak meninggalkan catatan penting pada sejarah perjuangan Islam modern. Ingat, kehadiran Imam Hasan bertepatan dengan hanya beberapa saat setelah hancurnya kekhalifan Islam yang terakhir. Tak pelak, setelah kepergian beliau, tak ada lagi figur dakwah yang bisa dijadikan acuan dalam gerakan Islam.
Setiap hari, dalam dakwahnya, ia berjalan kaki tidak kurang dari 20 KM. Beliau menyambangi desa-desa dan dilakukannya tanpa pamrih sedikitpun dari manusia. Ia duduk di warung kopi pada beberapa malam, menyatu dengan masyarakat yang sebenarnya, dan ia mampu mengingat nama orang yang baru saja ditemuinya walaupun hanya sekali, sehingga orang yang diajak bicara olehnya menjadi simpati.
Banyak warisan dari Imam Hasan yang sangat menggelorakan semangat dakwah Islam. Berikut ini beberapa di antaranya dari sekian wasiat-wasiatnya:
  1. Bangunlah segera untuk melakukan sholat apabila mendengara adzan walau bagaimanapun keadaannya.
  2. Baca, Telaah dan dengarkan Al-Quran atau dzikirlah kepada Allah dan janganlah engkau menghambur-hamburkan waktumu dalam masalah yang tidak ada manfaatnya.
  3. Bersungguh-sungguhlah untuk bisa berbicara dalam bahasa Arab dengan fasih.
  4. Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang pembicaraan sebab hal ini semata-mata tidak akan mendatangkan kebaikan.
  5. Jangan banyak tertawa sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah (dzikir) adalah tenang dan tentram.
  6. Jangan bergurau karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguh-sungguh terus-menerus.
  7. Jangan mengeraskan suara di atas suara yang diperlukan pendengar, karena hal ini akan mengganggu dan menyakiti.
  8. Jauhilah dari membicarakan kejelekan orang lain atau melukainya dalam bentuk apapun dan jangan berbicara kecuali yang baik.
  9. Berta’aruflah dengan saudaramu yang kalian temui walaupun dia tidak meminta, sebab prinsip dakwah kita adalah cinta dan ta’awun (kerja sama).
  10. Pekerjaan rumah kita sebenarnya lebih bertumpuk dari pada waktu yang tersedia, maka manfaatkanlah waktu dan apabila kalian mempunyai sesuatu keperluan maka sederhanakanlah dan percepatlah untuk diselesaikan.
(sa/berbagaisumber)