Thursday, August 30, 2018



Kamis, 30  Agustus 2018 /
18 Dhulhijah 1439

Dalil yang Haram dan Halal

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ.

Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Diantara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “. (Riwayat Bukhori dan Muslim)

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:

1. Termasuk sikap wara’ adalah meninggalkan syubhat.

2. Banyak melakukan syubhat akan mengantarkan seseorang kepada perbuatan haram.

3. Menjauhkan perbuatan dosa kecil karena hal tersebut dapat menyeret seseorang kepada perbuatan dosa besar.

4. Memberikan perhatian terhadap masalah hati, karena padanya terdapat kebaikan fisik.

5. Baiknya amal perbuatan anggota badan merupakan pertanda baiknya hati.

6. Pertanda ketakwaan seseorang jika dia meninggalkan perkara-perkara yang diperbolehkan karena khawatir akan terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan.

7. Menutup pintu terhadap peluang-peluang perbuatan haram serta haramnya sarana dan cara ke arah sana.

8. Hati-hati dalam masalah agama dan kehormatan serta tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan persangkaan buruk.

Tema HADITS yang berkaitan dengan Al-QUR'AN:

1. Penetapan halal dan haram

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu haramkan benda-benda yang baik-baik yang telah dihalalkan oleh Allah bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas (pada apa yang telah ditetapkan halalnya itu); kerana sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas.
[Surat Al-Ma'idah 87]

2. Menghindari syubhat

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa; dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang; dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertaqwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani.
[Surat Al-Hujurat 12

3. Kedudukan hati

An-Nahl (النحل) / 16:106

مَن كَفَرَ بِٱللَّهِ مِنۢ بَعْدِ إِيمَٰنِهِۦٓ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُۥ مُطْمَئِنٌّۢ بِٱلْإِيمَٰنِ وَلَٰكِن مَّن شَرَحَ بِٱلْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang mengikrarkan kekufuran setelah mereka beriman, akan mendapatkan murka Allah. Kecuali orang yang diperintah secara paksa untuk mengucapkan ikrar itu sementara hati mereka penuh dengan keimanan. Orang seperti itu akan selamat dari murka Allah. Akan tetapi orang-orang yang merasa lega hatinya dengan kekufuran itu, dan ikrar lisannya sesuai dengan apa yang ada dalam hati, maka mereka itu akan mendapat murka besar dari Allah. Dan di akhirat kelak, Dia akan menurunkan pada mereka siksa yang besar.

مَنْ barang siapa  -  كَفَرَ kafir  -  بِاللَّهِ kepada Allah  -  مِنْ dari  -  بَعْدِ sesudah  -  إِيمَانِهِ imannya  -  إِلَّا kecuali  -  مَنْ orang  -  أُكْرِهَ dipaksa  -  وَقَلْبُهُ dan hatinya  -  مُطْمَئِنٌّ tenteram  -  بِالْإِيمَانِ dengan iman  -  وَلَكِنْ akan tetapi  -  مَنْ barang siapa  -  شَرَحَ melapangkan  -  بِالْكُفْرِ dengan kakafiran  -  صَدْرًا dada  -  فَعَلَيْهِمْ maka atas mereka  -  غَضَبٌ kemurkaan  -  مِنَ dari  -  اللَّهِ Allah  -  وَلَهُمْ dan bagi mereka  -  عَذَابٌ azab  -  عَظِيمٌ besar  - 

An-Nahl 16:106

مَن كَفَرَ بِٱللَّهِ مِنۢ بَعْدِ إِيمَٰنِهِۦٓ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُۥ مُطْمَئِنٌّۢ بِٱلْإِيمَٰنِ وَلَٰكِن مَّن شَرَحَ بِٱلْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Arabic - E3rab - Qasim Hamidan Da's

(مَنْ) اسم شرط جازم في محل رفع مبتدأ (كَفَرَ) ماض فاعله مستتر (بِاللَّهِ) لفظ الجلالة مجرور بالباء متعلقان بكفر (مِنْ بَعْدِ) متعلقان بكفر (إِيمانِهِ) مضاف إليه والهاء مضاف إليه (إِلَّا) أداة استثناء (مَنْ) اسم موصول في محل نصب على الاستثناء (أُكْرِهَ) ماض مبني للمجهول ونائب فاعله مستتر والجملة صلة (وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ) مبتدأ وخبر والجملة حالية (وَلكِنْ) الواو استئنافية ولكن حرف استدراك (مَنْ) موصولية مبتدأ (شَرَحَ) ماض فاعله مستتر والجملة خبر (بِالْكُفْرِ) متعلقان بشرح (صَدْراً) تمييز (فَعَلَيْهِمْ) الفاء رابطة للجواب عليهم متعلقان بخبر مقدم (غَضَبٌ) مبتدأ مؤخر وجملتا الشرط والجواب خبر المبتدأ (مِنَ اللَّهِ) لفظ الجلالة مجرور بمن متعلقان بمحذوف صفة لغضب وجملة جواب الشرط في محل جزم (وَلَهُمْ) الواو عاطفة والجار والمجرور متعلقان بخبر مقدم (عَذابٌ) مبتدأ مؤخر والجملة معطوفة (عَظِيمٌ) صفة والجملة معطوفة.



Malay - Abdullah Muhammad Basmeih

Sesiapa yang kufur kepada Allah sesudah ia beriman (maka baginya kemurkaan dan azab dari Allah), kecuali orang yang dipaksa (melakukan kufur) sedang hatinya tenang tenteram dengan iman; akan tetapi sesiapa yang terbuka hatinya menerima kufur maka atas mereka tertimpa kemurkaan dari Allah, dan mereka pula beroleh azab yang besar.

Indonesian - Tafsir Jalalayn

(Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman, kecuali orang yang dipaksa) untuk mengucapkan kalimat kekafiran kemudian ia terpaksa mengucapkannya (padahal hatinya tetap tenang dalam beriman) lafal man dianggap sebagai mubtada, atau syarthiyah sedangkan khabar atau jawabnya ialah: maka bagi mereka ancaman yang keras. Pengertian ini ditunjukkan oleh firman selanjutnya, yaitu: (akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran) yakni hatinya menerima kekafiran dengan lapang (maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar).

Indonesian - Bahasa

Barangsiapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat azab yang besar.

Indonesian - Tafsir Kemenag RI

(106) Dalam ayat ini, Allah swt menerangkan tentang ancaman keras terhadap riddah (murtad) yakni kufur kembali sesudah beriman, mengutama-kan kesesatan dari petunjuk (hidayah)-Nya. Mereka mendapat kemurkaan dan azab Allah, kecuali dalam kondisi terpaksa. Misalnya, mereka menyatakan murtad dengan lidah karena jiwanya terancam, namun hati mereka tetap penuh dengan keimanan. Tidak ada dosa dan tuntutan hukum kepadanya, selama ia tetap beriman. Rasulullah bersabda: Tidak dicatat amal umatku (karena) kekeliruan, lupa, dan mereka terpaksa. (Riwayat ath-thabrani dari sauban)

Indonesian - Tafsir ibn Kathir

Allah Swt. menyebutkan perihal orang yang kafir sesudah beriman dan menyaksikan kebenaran, lalu ia melegakan dadanya untuk kekafiran dan merasa tenang dengan kekafirannya. Allah Swt. murka terhadap orang tersebut, karena ia telah beriman, tetapi kemudian menggantikannya dengan kekafiran. Di hari akhirat nanti mereka akan mendapat siksa yang besar, disebabkan mereka lebih menyukai kehidupan dunia daripada akhirat. Sebagai buktinya ialah mereka rela murtad dari Islam demi memperoleh imbalan duniawi. Allah tidak memberi petunjuk kepada hati mereka serta tidak mengukuhkan mereka pada agama yang hak, karenanya hati mereka terkunci mati, dan mereka tidak dapat memikirkan sesuatu pun yang bermanfaat bagi diri mereka (di hari kemudian), pendengaran serta penglihatan mereka terkunci pula, sehingga mereka tidak dapat memanfaatkan secara semestinya, dan pendengaran serta penglihatan mereka tidak dapat memberikan suatu manfaat pun kepada mereka. Mereka dalam keadaan lalai akan akibat buruk yang ditakdirkan atas diri mereka.

<┈(  والله أعلم بالصواب  )┈>

No comments:

Post a Comment